Hari ini aku akan menceritakan sebuah kisah yang kudengar dari selentingan penduduk sekitar Kota G. Ini adalah kisah yang terjadi di sebuah indekos bernama Kos Ceria. Namanya saja yang ceria. Di dalamnya tidak ada keceriaan setitik pun.
Menurut survei yang dilakukan oleh sebuah perusahaan properti, kira-kira ada sekitar 47,4% generasi milenial memilih untuk tinggal di indekos. Pelajar yang telah lulus sekolah menengah atas dan melanjutkan pendidikan ke universitas akan banyak memilih tinggal di indekos. Pekerja-pekerja yang mengadu nasib ke kota metropolitan juga banyak memilih tinggal di indekos, apartemen, atau mess.
Kota G adalah area urban yang menjadi destinasi pencari kerja. Dalam beberapa waktu terakhir, Kota G telah berkembang pesat. Perlahan-lahan reputasi Kota G merangkak masuk ke lima besar destinasi kota yang memiliki banyak ladang pekerjaan.
Pada era perang dan penjajahan, Kota G adalah daerah yang santer dikenal sebagai kota penyekapan, pembuangan, dan pembantaian. Suasana suram menyelimuti nyaris seluruh permukaan kota G. Ada sungai pemisah yang jika diamati dari jauh seolah mengelilingi dan memagari kota G. Inilah batas kesuraman antara Kota G dengan kota-kota lain di sekitarnya. Suatu hari seseorang berani melakukan gebrakan. Orang ini membawa warna baru bagi Kota G sampai bisa menjadi kota populer masa kini. Namun terkadang sisa-sisa teror masih menyelubungi Kota G. Itulah yang sialnya terjadi di Kos Ceria.
Kos Ceria dibangun sejak awal revolusi Kota G pasca ketakutan yang mencekam. Ini membuat Kos Ceria menjadi salah satu indekos tua di Kota G. Menjadi bangunan yang agak bersejarah dapat membuatmu menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya atau sebaliknya. Dikarenakan kurangnya manajemen perawatan yang baik, sayangnya Kos Ceria telah kehilangan rona ceria hingga menjadi salah satu indekos dengan harga sewa termurah seantero Kota G.
Tidak ada yang lebih disukai oleh pencari kos selain harga sewa yang murah. Namun ibarat pepatah yang mengatakan ada harga ada rupa, inilah kenyataan kusam Kos Ceria. Saat seorang pendatang tiba di Kota G dan mencari tempat tinggal dengan harga miring, semua orang pasti akan langsung menyebut Kos Ceria. Akan tetapi pemandangan yang menyambutmu begitu menginjakkan kaki di muka gedung Kos Ceria jauh dari kesan cerah.
Gedung setinggi tiga lantainya seusang kain lap yang bertahun-tahun tidak pernah dicuci. Nyaris ke mana pun memandang, belang blonteng cat mewarnai dinding seperti lukisan abstrak. Banyak kusen dan kayu-kayu bangunan yang sudah reyot, segan untuk berdiri menyangga jendela dan atap.
Selama beberapa tahun ke belakang, Kos Ceria menjadi indekos yang kumuh. Terlalu banyak pencari kerja yang baru mengadu nasib ke Kota G belum memiliki banyak uang membuat Kos Ceria menjadi sasaran empuk bagi pencari kerja berlindung dari terpaan kejam Kota G. Sayangnya, bukannya masuk ke lubang yang hangat dan menentramkan, mereka harus masuk ke lubang sengsara.
Aku mendengar kisah satu ini dari warga sekitar ketika membeli sayur mayur di pedagang keliling bahwa salah satu penghuni Kos Ceria baru saja mengalami kejadian mengerikan. Peristiwa tersebut terjadi di malam hari. Ia selalu tidur dengan lampu padam. Ia lupa tepatnya kapan dan bagaimana, ia tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang menggerayangi sekujur tubuhnya. Ia merasakan sesuatu dengan cepat menggeliat dan berjalan cepat menyusuri kulitnya dari kaki, tangan, badan, hingga wajahnya. Dengan panik ia meraih ponsel dan menyalakan lampu sorot ponsel untuk menemukan banyak kelabang menyelimuti tubuhnya. Kelabang-kelabang tersebut bergerak lincah. Belum sempat ia berteriak, ia merasakan kegelian di dalam lubang telinganya. Ketika ia mulai berteriak, mulutnya yang terbuka lebar malah membuat kelabang-kelabang berjalan semakin cepat, kegirangan karena seakan menemukan rumah baru.
Teror berlanjut di kamar lain seakan tiap kamar akan mendapat jatah teror masing-masing. Kudengar pernah ditemukan banyak celurut di lain kamar penghuni Kos Ceria. Mulanya penghuni kamar tersebut tidak menyadari ada celurut yang berhasil menyusup ke dalam kamarnya. Ia mulai sadar ketika mendapati makanan-makanan di kamarnya yang berkurang padahal belum ia makan. Makanan-makanan ringan kemasan berlubang. Bahkan perlahan-lahan tercium bau busuk yang menyengat. Penghuni itu tidak bisa dibilang memiliki kepribadian yang bersih. Kamarnya memang selalu kotor. Banyak bungkus-bungkus makanan kosong yang bertebaran di mana-mana. Remah-remah makanan berceceran di sana-sini. Makanan sisa tidak dihabiskan dan dibiarkan terbuka begitu saja. Ia bahkan sering tertidur dalam keadaan tengah makan sesuatu sebab terlalu gila makan. Suatu ketika jeritan terdengar dari kamar tersebut. Setelah ditelusuri, ternyata celurut tampak sedang asyik menjilat seputar bibir penghuni tersebut.
Tidak berhenti sampai di situ, penghuni kamar lain pernah mengalami kejadian mengerikan juga. Penghuni kamar tersebut baru kembali dari kampungnya. Kamar indekosnya sempat kosong selama beberapa minggu. Saat tangannya terulur untuk menyalakan saklar lampu, lampu tetap bergeming. Listriknya mati. Listrik dan air memang sering mati dan telah menjadi makanan sehari-hari di Kos Ceria.
Tidak kehabisan akal, ia kemudian menggunakan lampu sorot ponselnya. Pemandangan yang menyambutnya membuatnya membeku. Ia menemukan banyak tonjolan di dinding kamarnya. Kuperingatkan padamu untuk tidak mencoba mencari tentang trypophobia karena dinding kamar penghuni kamar tersebut sekejap berubah menjadi potret sempurna penuh lingkaran-lingkaran kecil seperti telur hewan yang menonjol dan bergerombol menyatu menjadi sebuah koloni dan menempel dengan anggun di sebagian besar dinding.
Saat lampu sorot ponselnya dialihkan ke sisi lain dinding dan mengalihkan pandangan dari dinding penuh dengan telur-telur tersebut, ia menemukan sesuatu yang lebih buruk. Di samping telur-telur yang menempel, tampak berjejer di sana-sini hewan semacam kelelawar tetapi berwarna cokelat gelap, dengan mata tertutup, bertengger di dinding. Seakan-akan kelelawar tersebut baru saja menetas.
Beberapa hewan tersebut kemudian membuka mata karena lampu sorot ponselnya. Tampak gusar dan marah karena mengganggu waktu tidurnya, hewan-hewan yang terbangun tersebut mulai mengepakkan sayapnya dan terbang ke arah penghuni kamar tersebut dengan agresif. Ia berseru kencang, tetapi tidak ada penghuni kamar lain yang melongok keluar kamar untuk menghampiri sumber suara. Seruan itu masih terdengar untuk waktu yang cukup lama sampai ada penghuni kamar lain yang baru saja pulang dan mendapati penghuni kamar tersebut telah tergeletak dengan muka rusak dan darah menggenang di sekitarnya—tak bernyawa.
Sekarang setelah semua hal yang terjadi di Kos Ceria, tampaknya kamu tidak bisa menyumpal semua lubang yang ada di kamarmu. Terkadang debu saja masih bisa lolos. Sebaik-baiknya kamu menutup semua lubang, selalu ada celah bagi mereka untuk mengintai.
Jadi berhati-hatilah. Coba lihat di sekeliling kamarmu. Apakah sudah cukup aman?
Sumber: Survei kos-kosan.
—28 Juni 2022.