Payung Ungu
Berdiri mematung di bawah payung ungunya. Berdiri membeku di tengah-tengah hujan deras sembari mendengarkan ketukan hujan yang berusaha menembus payung dan mengenai kepala gadis yang mengenakan blus bunga-bunga berwarna senada dengan payungnya.
Untuk sejenak gadis itu berpikir kalau hujan ternyata tidak seburuk prasangkanya selama ini.
Terlepas dari kedua sepatu karet hitamnya yang sudah basah kuyup, tas yang separuh basah, rambut yang juga tidak kalah lepek, gadis itu mulai berpikir tentang bagaimana payungnya masih bisa melindungi sebagian besar tubuhnya dan ada secercah perasan kalau ia merasa nyaman dan bisa menghabiskan waktu untuk terus berdiri di bawah payung ungunya di tengah hujan deras dan suara mobil dan motor yang berlalu lalang membelah genangan air yang semakin lama semakin mengalir deras.
Sembari memikirkan banyak hal di bawah payung ungunya.
Memikirkan tentang tugas-tugas di penghujung semester. Memikirkan tentang liburan akhir tahun. Memikirkan tentang ulang tahun seseorang. Memikirkan tentang masa lalunya yang tiba-tiba memberontak keluar semua dari pintu yang ia sudah yakini tertutup rapat.
Memikirkan tentang betapa nyamannya berdiri di bawah payung ungunya.
Dingin, hangat, sepi, ramai, suka, dan duka, entah bagaimana Tuhan mampu mencampur semuanya dengan tambahan tetesan hujan. Tak lupa ditemani dengan payung ungunya.
0 comments