TENTANG JULI
I was listening Indonesian songs from a playlist I made on Spotify when my head yelled at me to write. And I think if I don't write this soon, this thing--this feeling--will be gone forever.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya Minggu tanggal 15 Juli adalah hari babak final Piala Dunia 2018. Siapa, sih, yang gak nonton? Jawabannya, aku, adalah salah satu dari segelintir orang yang mungkin gak nonton. Di saat orang-orang udah di depan layar dari beberapa jam sebelum dimulai, kenyataannya, aku udah siap-siap di tempat tidurku sejak pukul delapan malam. Aku baru kebangun jam setengah dua belas, langsung teringat kalau sekarang final lagi main.
Sebenarnya, aku bisa-bisa aja nimbrung di depan tv dan pura-pura nonton dan tertarik. Walau sebenarnya aku MEMANG sangat tertarik. Aku cuma merasa gak bisa nunjukin aku tertarik. Alih-alih nonton, selama ini aku cuma sebatas mengikuti pertandingan dari Google. Aku ketik 'World Cup 2018' dan langsung muncul informasi lengkap mengenai linimasa pertandingan, siapa yang masuk, keluar, kartu merah, kartu kuning, gol, bahkan statistika operan dan tendangan ada di sana. Ya, selama ini aku tahu info dari situ dan berita-berita online. Aku gak pernah benar-benar nonton pertandingan piala dunia dengan 'negara itu' yang lagi main.
Awalnya aku biasa-biasa aja. Aku bahkan gak tahu kalau negara itu masuk 32 besar. Aku harus tanya temanku karena aku terlalu malas melihat di Google. Begitu aku tahu kalau mereka masuk 32 besar, aku juga gak begitu berharap banyak karena waktu WC 2014 negara itu bisa ditekuk habis oleh Spanyol yang membuatnya gak bisa lolos 16 besar.
Tapi begitu lolos 16 besar kali ini, aku senang sekali. Kabar itu seakan menjadi moodbooster di hari pertama aku magang. Rasanya seperti ada setrum dalam jumlah yang sangaaaaaat banyak yang baru aja disuntikkan ke tubuhku. Di akhir hari dia juga muncul dan begitu aku menanyakan, "Hei, lihat tadi malam?"
Seakan mengerti arah pembicaraanku, dia menjawab, "Ya, tim kami memang terbaik. Maju terus olee olee." yang diikuti tawa.
Dia juga mengucapkan, "Kamu juga dukung kami, ya?" yang langsung kujawab, "Pasti."
Selama momen WC 2018 aku juga gak berhenti mendengarkan lagu Franka S Tobom. Aku udah tahu lagu ini sejak Mei lalu namun lagu ini tiba-tiba menyeruak dari balik buku-buku otakku lagi dan mau gak mau aku jadi mendengarkan lagu ini selama dua minggu terakhir. Hingga kini. Hingga aku menulis ini juga.
Mendengarkan lagu ini rasanya seperti kamu lagi terlarut dalam sebuah nostalgia yang manis. Kuakui, bulan ini memang berawal manis persis seperti isi lagu itu. Hasil manis dari kiprah tim negara itu yang menanjak naik. Aku senang mendengar berita salah satu anggota tim dapat gelar pemain terbaik. Bahkan orang-orang yang awalnya memandang sebelah mata juga mulai melirik tim itu, gak sedikit yang berbalik mendukung dan mengakui permainan mereka bagus. Kemudian negara itu juga jadi sering diekspos, bahkan presiden yang rupanya perempuan nomor satu pertama yang menjabat jadi presiden gak luput jadi berita.
Beberapa hal menyenangkan juga terjadi sejak awal bulan ini. Bahkan kalau diruntut, sudah sejak bulan lalu.
Kutipan untuk pos kali ini diambil dari lagu S tobom. Bagian itu adalah:
S tobom je nebo uz mene
Kupikir-pikir lagi lebih dalam, semuanya ada benarnya juga, ya. :)
0 comments